Friday, 2 November 2012

Cerpen: Kereta untuk Karen

Selamat sore,

Terima kasih untuk mata-mata yang telah melihat blog ini dan mungkin membaca postingnya sampai entry terdahulu. wehehehe :)

Otakku sedang buruk dan tidak bisa diajak serius untuk mengerjakan tugas-tugas keguruan.
Aku sedang tidak ingin berdiskusi tentang RPP, atau memeriksa tugas para murid.

Hmmm... sore ini aku punya sebuah cerita pendek. About a boy and a girl. Karena banyak yang menikah bulan ini, jadi aku ingin sedikit menulis tentang itu. But still, it's not a love story, and it's not a story of love. It's only about a boy and girl... That's it. Just think it's only a fiction to entertain me in this evening. I will talk in Bahasa to make it easy ;p

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Apakah pertemuan itu sebuah kebetulan? atau kebanyakan pertemuan itu hanya sebuah kebetulan? atau setiap pertemuan itu punya alasan, tujuan, atau cerita sesudahnya?
Inilah pertemuan tanpa tujuan yang meninggalkan cerita sesudahnya.

Aku Karen. Saat itu usiaku 17 tahun. Aku suka punya banyak teman dan berkenalan dengan banyak orang.
Aku tidak bersekolah seperti layaknya anak-anak lain di usiaku. Aku bekerja di sebuah instansi keluarga yang cukup ternama. Apa pekerjaanku? itu tidak penting. Yang pasti, aku bukan seorang buruh kasar.

Sebagai seseoang yang senang bersosialisasi, aku sering bertemu orang baru, sebagian mereka ku anggap orang-orang yang punya nama dan jabatan, sebagian lagi adalah orang seperti aku.

Hari itu, sore sekitar pukul 5 PM, aku berdiri di depan kantorku menunggu kedatangannya, seorang kenalan dari Perusahaan tetangga. Dari pengakuannya, dia sudah memperhatikanku cukup lama, tapi aku tak menganggap itu caranya untuk menggoda. Dia lelaki sopan, dan dewasa, menurutku. Usianya 5 tahun diatasku.

Hari tu hari pertama kami berjabat tangan, hingga akhirnya ia menjadi bagian dari ceritaku sampai hari ini. Hari dimana aku merasa sedang buruk.
Lima tahun berlalu dan ku anggap dia sebagai orang lain yang posisnya penting untukku. Bukan tentang karir atau uang, ini tentang hubungan manusiawi.
Aku duduk di kereta sambil memikirkan semua yang pernah aku lewati bersamanya, semua hal kecil itu. 
Aku sedang buruk, dan aku tahu dia baik. Dia sangat baik dan kini mempunyai kehidupan baru.
Aku tau bagaimana proses itu berlangsung, sama halnya dengan karirku yang semakin berkembang dan mengharuskanku sering bepergian keluar kota. Sama halnya seperti ketika aku lebih memilih naik kereta, dibanding mobil pribadi dengan supir yang disediakan perusahaanku. Sama halnya seperti mengapa aku tidak bersekolah formal dan aku tidak merasa buruk.

Sore ini, aku pulang untuk mengucapkan selamat. Aku bahagia, aku tenang akhirnya ia berhasil menaklukkan gadis yang bertahun-tahun ia ceritakan itu. Tapi aku merasa buruk, bukan karena migrain yang kambuh karena tumpukkan pekerjaan semalam, tapi karena aku merasa ini terjadi begitu cepat, seperti laju kereta yang tidak bisa menghentikkan migrainku.

Dia orang yang mengajakku bicara tentang Tuhan, walau tidak menjadi seorang imam di atas mimbar.
Aku tidur di kamarnya, aku mengenal semilir angin yang melewati jendela dan dapur di rumah itu, aku mengenal keluarganya.

Tapi aku tidak jatuh cinta. Sama sekali. Dulu.
Aku hanya berpikir dia seseorang yang baik. Dia seorang teman, saudara lelaki yang baik. Urusanku sering menjadi urusannya. Dia sering membantuku menyelesaikan masalah, terlebih menjadi pendengar ketika aku merasa buntu. Aku tenang kemanapun jika dengannya. Aku aman.

Sekarang aku sendiri di atas tempat duduk yang tidak begitu nyaman, bergerak dari kota padat ini untuk menghadiri resepsinya. Aku bergumam kecil dalam hati; 'Aku tidak jatuh cinta dulu, mungkin itu sebabnya aku merasa buruk'. Aku tidak pernah jatuh cinta. Waktu-waktu yang kami habiskan dulu, sebagai teman, saudara, adik dan kakak, semuanya... hanya tidak akan ada lagi. Aku mungkin kehilangannya, kehilangan seorang teman baik yang mulai merajut kebahagiaannya sekarang, dan aku tersenyum. Tak terasa air mataku mengalir, tersapu angin seraya doaku untuk kebahagiaan mereka selamanya.

Aku hanya kehilangan seorang teman baik, dan tak ada orang seperti itu semenjak perkenalanku dengan banyak orang yang sudah kutemui. Hanya itu.

- Kereta, 03 Maret 2009 -
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

No comments:

Post a Comment