Saturday 11 January 2014

Berjodoh dilain Kesempatan (part 1)


Apa kamu pernah berpikir sering punya kesempatan menghabiskan banyak moment bersama seseorang?
Banyak kesempatan, tapi kenyataannya kamu tidak pernah punya waktu dan kesempatan untuk mencintainya...

Dan saat asik menulis ini, dia datang menghampiriku. Akupun segera menutup note dimejaku, kemudian membalas sapaannya,
'hai sedang apa?'
'yah, seperti yang terlihat, ngopi, browsing, cari ide buat kerjaan :)'
Yah, aku tersenyum seperti itu dan menimpali dengan menanyakan hal-hal remeh. Acungan jempolku menandakan pembicaraan ringan itu sudah selesai. Hanya dua menit, dia pun pergi dan duduk kembali bersama dua teman lelakinya, berjarak dua meja dari arah kananku.
Kalian berpikir aku akan pindah meja dengan mereka? Tidak. Itu hanya akan membuatku canggung.
Aku memilih membuka kembali note di netbookku, membenarkan posisi duduk dan kacamataku, memasang wajah yang seolah sedang mebutuhkan konsentrasi tinggi.

Aku akan menuliskan ceritaku tentang dia.
Yah, kami saling mengenal, tapi aku tidak bisa mengatakan kalau kami berteman dekat, atau mempunyai hubungan yang lebih dari itu hanya karena kami pernah memasuki SMA yang sama.
Saat aku memasuki jenjang perguruan tinggi, dan harus pindah ke kota lain, kami bertemu sesekali di beberapa event, di bioskop, kafe, atau saat jalan-jalan sore. Sesekali yang kemudian menjadi agak sering, menurutku. Tapi semua itu, yah, secara tidak sengaja. Dan segala hal yang tidak sengaja itu berawal dari masa orientasi sekolah dulu. jauh bertahun-tahn yang lalu.

Namanya tidak pernah asing ditelingaku. Sangat mudah untuk diingat. Alto. Tas merek lokal buatan Bandung, mini car type buatan Suzuki, jenis suara rendah wanita yang juga merupakan jenis suaraku. Itulah namanya, entah apa maksud orang tuanya, atau siapapun yang telah memberi nama itu, yang jelas nama itu sangat mudah diingat.

Sebelum aku bertemu dengan dia, ada sedikit cerita awkward lainnya yang juga tidak disengaja. Ada seseorang yang aku rasa cukup gila yang menyukaiku di sekolah. Entah, seorang cowok iseng yang tetap tidak membuatku tertarik, atau pengagum yang rela melakukan apapun untuk idolanya. Namanya Adan, sebenarnya Adan tidak jahat, dia hanya sedikit aneh dan berbeda dari orang kebanyakan, meskipun begitu, Adan punya banyak teman. Kemudian entah bagaimana, Adan ingin mengenalkan aku dengan seorang temannya yang bernama Alto, dengan tujuan mungkin bisa kujadikan pacar. Ini kejadian pertama yang berhubungan dengan Alto yang tidak pernah aku rencanakan, yah, tidak disengaja.
Tapi saat itu aku benar-benar menolak rencana Adan, karena orang yang aku kira Alto terkenal sangat menyebalkan di sekolah.

Setelah agak lama, setelah rencana Adan yang gagal itu, kebetulan kedua adalah saat Adan menunjukkanku dari kejauhan siapa Alto yang sebenarnya. Itulah pertama kali aku tahu Alto yang asli, bukan yang pernah aku kira sebelumnya. Aku merasa cukup berbeda dengan Alto. Saat itu aku bergumam dalam hati 'Oh man, I'm not sure a guy like him will interest with me. Soo faar'
Sejak saat itu, kami tidak pernah benar-benar saling mengenal. Dan aku benar-benar merasa tidak akan pernah terjadi apa-apa antara aku dan Alto. It  won't work.

As I know, Alto lelaki yang dikenal banyak murid di Sekolah karena dia menarik secara fisik, cukup manis, cukup ramah, dan cukup pintar. Orang-orang akan menyukainya. Menurutku pun, maybe, he is born in that way. Sampai sekarang pun kharisma itu tetap melekat, single, pekerja keras, karyawan perusahaan bonafit. Enough for girls to think about him.

Back to memories... kejadian tidak disengaja selanjutnya adalah saat pertama kali kami bicara di kantin sekolah. Jelas bukan omongan serius. Sangat tidak serius, karena kami berebut untuk dilayani duluan. Hanya seperti itu, dan obrolan-obrolan tidak penting lainnya sampai terakhir aku bertemu dengannya beberapa saat lalu. Itu tidak akan membuat kami dekat apalagi untuk berbagi memori yang sama...

No comments:

Post a Comment