Tuesday 19 April 2011

How We Are Actually...

Catatan sederhana ini aku tulis kembali dari salah satu note yang ada di FB. hehehe. Terinspirasi kejadian singkat waktu mau berangkat ngampus seperti biasanya :D

Senin, 08 Maret 2010, 6:07 PM
Terinspirasi kejadian tadi siang.
Simple dan sangat biasa. Tapi bisa bikin aku berpikir lebih panjang dari kejadian yang mungkin cuma sekitar 10 menit itu.

Aku naek angkot warna biru, kaya biasanya, menuju kampus.(kali ini untuk mentoring, aku gak ikut kuliah pagi .pen)

sekitar jam 1 kurang, di dalam angkot, Aku duduk di depan seorang laki2 paruh baya, dan disamping kananku ada sepasang kakek-nenek yang rambut keduanya udah dengan jelas terlihat putih. tapi mereka terlihat sehat dari suara obrolan yang mereka tujukan kepada laki2 setengah baya itu. aku cuma mendengar sekilas, nenek tertawa dan kakek yang berbicara tentang prestasi, piala, nilai, saingan, Jawa, seperti itulah. aku tebak mereka berbicara tentang anak. atau, cucu? dan o iyah, ku dengar kakek: "kalau orang cina, yang penting bisa jaga toko" dan kemudian terdengar suara tawa diantaranya.Entahlah.

Aku lihat keramahan di mata kedua pasangan tua itu dengan lawan bicaranya. yah, aku cuma bisa melihat dari samping kiri mereka sambil tersenyum (gak tau kenapa, aku senyum aja). kemudian kakek bilang lagi: "kapan2 mampir ke tempat saya ..." (menyebutkan nama tempat, lupa. gak begitu dengar). Si laki2 tersenyum juga dengan ramah.

Wah, udah sampai Lembuswana, nge-mall yok??.. Loh? bukan, bukan begitu ceritanya.
Si kakek dengan pelan tapi jelas bicara pada si supir: "kiri ya". angkot pun berhenti. Si kakek turun lebih dulu, sambil pamit ke laki2 tadi, disusul nenek dibelakangnya yang melangkah lebih lambat.

Kakek sudah keluar dan berdiri menghadap pintu, sambil menoleh ke supir dan bilang: "maap ya mas agak lambat" supir menjawab: "iya pak".
Saat itu juga kakek yang dengan cepat tau kalo nenek bergerak lambat, dan dengan cepat juga kakek mengulurkan lengannya ke arah nenek, seolah masih lebih kuat untuk menopang nenek. Nenek mengeluarkan suara kecil, yah bisa diartikan nenek menerima dengan senang bantuan kakek. Sweet. =)

Ku perhatikan pasangan renta itu. tangan kakek tidak lepas sedari tadi. hingga mereka berjalan perlahan menuju mall. tetap bergandengan. Double Sweet X)
(Gak sadar aku senyum lagi .pen)

Hmm... Indahnya. Hal yang tidak pernah aku lihat di rumah membuatku berpikir.
Mereka, pasangan Tua yang masih saling menjaga, terlihat tetap menghargai dan menyayangi pasangannya.

It doesn't what you see beautiful with your eye, but what you feel nice with your heart.

Yah, contoh lain seperti, Ibu-Bapak yang dulu sering aku temui saat berjalan kaki pergi-pulang sekolah.
Bapak-Ibu yang kulihat selalu berjalan santai, berpegangan tangan, biarpun panas menyengat saat itu.

Yah, itu yang ku lihat. Kebersamaan, menghargai, dan seperti saling ingin menguatkan satu sama lain, di usia mereka yang tidak lagi muda.
Bukan cuma seperti anak2 jaman sekarang, remaja, mba2 atau mas2, atau kita sendiri yang 'saling' cuma ketika senang, ketika masih ada sesuatu yang bisa dibanggakan, ketika masih terlihat cantik atau tampan, ketika kita masih kuat dan nyaman untuk dilihat.

Bagaimana ketika kita sadar kita sudah tidak menjadi siapa2.
Aku berpikir bisakah KITA terus saling menyayangi, menghargai, menguatkan, saling mengisi hingga usia Bapak-Ibu yang sering ku temui di jalan itu, atau lebih lagi, sampai usia kakek-nenek hari ini, sampai usia yang belum kita rasakan.

Dan mungkin generasi2 selanjutnya juga akan berpikir tentang hal yang sama dengan apa yang aku pikirkan sekarang.

It is not only about face, body, or prestige. It is how we are actually.