Tuesday, 3 May 2011

Berlayar bersama Sheila on Seven

Sheila on Seven? Band lokal andalan saya ini mah. Yah, menurutku sih lagu2 mereka gak bikin bosan dan bisa di dengar dari tahun jadul sampai saat ini. Ingat dulu album 'Sebuah Kisah klasik'? dari zaman aku masih SD sampai sekarang kuliah udah menjelang semester 5, lagu2 dalam album itu masih aja sering aku dengerin dari nih lepi :D

Yah, ngomongin Sheila on Seven, pasti gak asing sama Eros, Duta dan kawan2. Tahun ini mereka udah ngeluarin album baru lagi berjudul 'Berlayar'. Emang telat sih postingannye. Hehehe. Buat yang mau download bisa ke link ini. Album ini bener2 persembahan buat perasaanku, atas kejadian2 yang baru aja aku alami. Hehehe. Sukses terus buat SHEILA ON 7. Semoga karya2 selanjutnya bisa lebig baik dan lebih keren lagi :D dan.... lagu2 mereka di album Berlayar ini pun masih tetap asik dengan musik yang khas SO7, yang aku suka banget. Sama seperti lagu2 mereka sebelumnya. Below are  track-lists from this album:
  1. Have Fun
  2. Pasti Ku Bisa
  3. Hujan Turun
  4. On The Phone
  5. Hari Bersamanya
  6. Berlayar Denganku
  7. Perfect Time
  8. Kamus Hidupku (bukan kamus oxford ye :P .pen)
  9. Bait Pertama
  10. Hari Bersamanya (accoustic version)
 
Yah, lagi2 lirik mereka banyak yang nohok (kena banget dihati .pen) buat refleksi sebelum keadaanku sekarang. Wahahaha... Ini salah satu lirik lagu mangstab yang aku suka dari album Berlayar :) :)

Perfect Time - Sheila On 7

Tonight is the perfect time
To pack my things and try remember
All the words
That went bad

These hands you should hold
This heart you should keep
Let the stars above us replace all the falling tears

Would it be better if we were never near
Knowing you more has always been my fear
Let's say goodbye to find a better place
Before it's too late

# 2X
There is always a way for love
But sometimes not on the same road
Dreaming is the only land
Fits for you and me

Would it be better if we were never near
Knowing you more has always been my fear
Let's say goodbye to find a better place
Before it's too late #


Hujan Turun - Sheila On 7

Tak ada waktu 'tuk menjelaskan
Tak sangka ini 'kan datang
Dihatiku berbagi hidup
Sejenak melepas lelah, kau tinggalkan diriku

Waktu hujan turun disudut gelap mataku
Begitu derasnya, kan ku coba bertahan

Ingat kembali yang terjadi
Tiap langkah yang kita pilih, meski terkadang perih
Harapan untuk yang terbaik
Sekeras karang kita coba, tetap kau tinggal diriku

Waktu hujan turun disudut gelap mataku
Begitu derasnya, kan ku coba bertahan

Tak akan ku halangi, walaupun ku tak ingin kau pergi
Kan ku bangun rumah ini, walau tanpa dirimu

Waktu hujan turun disudut gelap mataku
Begitu derasnya, kan ku coba bertahan
Waktu hujan turun disudut gelap mataku
Begitu, begitu, begitu hebatnya, kan ku coba bertahan

Tuesday, 19 April 2011

How We Are Actually...

Catatan sederhana ini aku tulis kembali dari salah satu note yang ada di FB. hehehe. Terinspirasi kejadian singkat waktu mau berangkat ngampus seperti biasanya :D

Senin, 08 Maret 2010, 6:07 PM
Terinspirasi kejadian tadi siang.
Simple dan sangat biasa. Tapi bisa bikin aku berpikir lebih panjang dari kejadian yang mungkin cuma sekitar 10 menit itu.

Aku naek angkot warna biru, kaya biasanya, menuju kampus.(kali ini untuk mentoring, aku gak ikut kuliah pagi .pen)

sekitar jam 1 kurang, di dalam angkot, Aku duduk di depan seorang laki2 paruh baya, dan disamping kananku ada sepasang kakek-nenek yang rambut keduanya udah dengan jelas terlihat putih. tapi mereka terlihat sehat dari suara obrolan yang mereka tujukan kepada laki2 setengah baya itu. aku cuma mendengar sekilas, nenek tertawa dan kakek yang berbicara tentang prestasi, piala, nilai, saingan, Jawa, seperti itulah. aku tebak mereka berbicara tentang anak. atau, cucu? dan o iyah, ku dengar kakek: "kalau orang cina, yang penting bisa jaga toko" dan kemudian terdengar suara tawa diantaranya.Entahlah.

Aku lihat keramahan di mata kedua pasangan tua itu dengan lawan bicaranya. yah, aku cuma bisa melihat dari samping kiri mereka sambil tersenyum (gak tau kenapa, aku senyum aja). kemudian kakek bilang lagi: "kapan2 mampir ke tempat saya ..." (menyebutkan nama tempat, lupa. gak begitu dengar). Si laki2 tersenyum juga dengan ramah.

Wah, udah sampai Lembuswana, nge-mall yok??.. Loh? bukan, bukan begitu ceritanya.
Si kakek dengan pelan tapi jelas bicara pada si supir: "kiri ya". angkot pun berhenti. Si kakek turun lebih dulu, sambil pamit ke laki2 tadi, disusul nenek dibelakangnya yang melangkah lebih lambat.

Kakek sudah keluar dan berdiri menghadap pintu, sambil menoleh ke supir dan bilang: "maap ya mas agak lambat" supir menjawab: "iya pak".
Saat itu juga kakek yang dengan cepat tau kalo nenek bergerak lambat, dan dengan cepat juga kakek mengulurkan lengannya ke arah nenek, seolah masih lebih kuat untuk menopang nenek. Nenek mengeluarkan suara kecil, yah bisa diartikan nenek menerima dengan senang bantuan kakek. Sweet. =)

Ku perhatikan pasangan renta itu. tangan kakek tidak lepas sedari tadi. hingga mereka berjalan perlahan menuju mall. tetap bergandengan. Double Sweet X)
(Gak sadar aku senyum lagi .pen)

Hmm... Indahnya. Hal yang tidak pernah aku lihat di rumah membuatku berpikir.
Mereka, pasangan Tua yang masih saling menjaga, terlihat tetap menghargai dan menyayangi pasangannya.

It doesn't what you see beautiful with your eye, but what you feel nice with your heart.

Yah, contoh lain seperti, Ibu-Bapak yang dulu sering aku temui saat berjalan kaki pergi-pulang sekolah.
Bapak-Ibu yang kulihat selalu berjalan santai, berpegangan tangan, biarpun panas menyengat saat itu.

Yah, itu yang ku lihat. Kebersamaan, menghargai, dan seperti saling ingin menguatkan satu sama lain, di usia mereka yang tidak lagi muda.
Bukan cuma seperti anak2 jaman sekarang, remaja, mba2 atau mas2, atau kita sendiri yang 'saling' cuma ketika senang, ketika masih ada sesuatu yang bisa dibanggakan, ketika masih terlihat cantik atau tampan, ketika kita masih kuat dan nyaman untuk dilihat.

Bagaimana ketika kita sadar kita sudah tidak menjadi siapa2.
Aku berpikir bisakah KITA terus saling menyayangi, menghargai, menguatkan, saling mengisi hingga usia Bapak-Ibu yang sering ku temui di jalan itu, atau lebih lagi, sampai usia kakek-nenek hari ini, sampai usia yang belum kita rasakan.

Dan mungkin generasi2 selanjutnya juga akan berpikir tentang hal yang sama dengan apa yang aku pikirkan sekarang.

It is not only about face, body, or prestige. It is how we are actually.

Wednesday, 23 March 2011

Suara Cinta Sang Kahlil Gibran




Waktu zaman SMP dulu, saya udah tau sedikit tentang penulis kenamaan ini. Pertama itu, kalo gak salah pas salah satu teman kakak perempuan saya datang ke rumah dan membawa buku Kahlil Gibran yang berjudul 'The Prophet'. Cover buku itu looked misteryous with black and abstract figure. Yah, saya cuma melihat buku yang mba itu tenteng2 sambil dibaca dan diselingi ngobrol sama teman2nya yang lain termasuk kakak saya :D


Nah, yang kedua waktu saya mulai pengen tahu gimana sih isi tulisan si Kahlil tadi. Ternyata salah satu teman dekat saya waktu SMP dulu memberikan sebuah jalan. Hahaha. Apaan? Yah, dia dapat kado ulang tahun bukunya Mas Kahlil dari temannya yang lain. Karena katanya bahasanya berat, jadi dia tidak suka dan mau memberikan buku itu pada saya dengan ikhlas lagi lapang dada. Hua haha. Yah, itulah teman baik saya yang sekarang berada nun jauh di mata, alias Pontianak yang lebih doyan baca komik komedi-romantis dibanding baca karya sastra ber-genre bahasa puitisnya Kahlil Gibran :)


It's OK and I had begun read that book titled 'Hari Ulang Tahunku' yang ditulis oleh Kahlil Gibran. Dan ternyata... Bahasane emang puitis -___-" sastra sekali. Tapi menarik. Kubaca tiap2 bagiannya. Akhirnya ku dapat satu judul yang paling melekat dihati yaitu 'Suara Cinta'. Nah kali ini saya akan mencoba berbagi cerita alias gimana sih isi 'Suara Cinta' -nya Sang Kahlil Gibran :)


Akulah pijar mata Sang Pecinta,
Nyawa anggur, jantung bagi semua jenis jamuan.
Akulah mawar yang merekah bersama fajar,
Kemudian Sang Perawan mengecupku dan merengkuhku ke belahan dadanya.

Akulah rahim hakiki segala anugrah,
Sumber kenikmatan, kedamaian, dan kesentosaan.

Akulah tawa renyah si bibir pesona kala pemuda membuaiku,
Ia akan melupakan lingkungannya,
Dunia seketika menjelma mimpi indah yang sangat nyata.

Akulah suara Sang Pujangga,
Imajinasi semua Seniman,
Inspirasi semua Pemusik.

Akulah rumah suci yang bersemayam di jantung Sang Bocah,
Yang dibesarkan sosok Ibu Kudus.

Aku bersimpuh di kedalaman hati yang luka.
Aku menjadi kesempurnaan hasrat jiwa.
Aku menggema dalam alam hampa.
Aku termaknai dalam kehidupan Adam dan Hawa,
Yang karenanya tersingkir dari surga.

Dan aku juga terbesit dalam diri Sulaiman yang telah menggapai hakikat pengetahuan.
Aku tersenyum kepada Helena yang telah memporandakan Tervada.
Dan aku juga melempar senyum manis pada Cleopatra,
Hingga lembah-lembah Nil pun terbalut kedamaiannya.

Akulah warna segala zaman yang membangun masa kini dan meruntuhkan masa depan.
Akulah Dewa yang merangkai puing-puing.

Aku jauh lebih menawan dibanding rayuan bunga,
Namun juga jauh lebih kejam daripada murka Sang Badai.

Tak ada jenis anugrah pun yang mampu menghargaiku.
Kehancuran tak sanggup menggetarkanku.
Kemiskinan tak berhasil meredupkan langkahku.
Dengki hati tidak kuasa menodai hatiku.
Kegilaan tak kunjung mengenyahkan kunjunganku.

Akulah kebenaran duhai para petualang!
Kebenaran hakiki yang kalian daki.
Kebenaran murni yang terpancar dalam pemberian dan penerimaan.
Maka jagalah aku agar kalian semua terayomi.

Yah, itulah tulisan 'Suara Cinta' Kahlil Gibran. Kutulis kembali sebagai kado ulang tahun untuk seseorang yang berulang tahun tanggal 12 April nanti. Seseorang yang telah membuat saya jatuh cinta dan berpikir kompleks tentang cinta. Semoga berkesan :) dan dapat jadi acuan untuk menelaah bahasa sastra ala Kahlil Gibran.