Saturday 10 November 2012

Molly Hopper, the girl who counted

Dedicated for Molly Hopper, a character in white costume.
(Re-write from my twitter account)


Setiap orang punya tempat untuk meluap sesaat.
Ketika kamu yang menampungnya, jangan gunakan hati, maklumi saja.
Aku sering menjadi penampung itu. Tak apa
Tapi, ketika aku yang meluap. Aku tak akan mencari sembarang tempat.
Tempat yang terhitung. Terhitung.


Molly.. Aku mengingatmu. Yah, mungkin aku hanyalah seorang yang umum pada akhirnya. Mayoritas.
Tulisan ini untuk Molly, salah satu orang di depan layar, yang permainannya tak terlihat. Hampir tidak sama sekali.

Dia orang yg memperhatikan, melihat, menolong, dan bertanya. Dia menghitung.
Tapi diantara pemain-pemain utama, tak ada yg melihat Molly sebagai sosok penting. Ahahaha... padahal dia cukup pintar.

Molly, aku tahu lima menit kemunculanmu membuatku berpikir, apa istimewanya orang-orang yg kamu hitung itu?

Aku mencoba masuk ke kepala Molly dan mendapati sebuah pikiran naif yang polos. Entah polos atau tulus, aku sudah tidak bisa membedakan.

Kenapa kamu menghitung Molly? Kenapa kamu sambut ketika mereka datang? Kenapa kamu siap ketika mereka pergi dan meninggalkanmu? Kenapa sosokmu hanya terlihat sejenak diantara panjangnya durasi waktu? Dan mengapa mereka tidak menganggapmu penting? Padahal kamu bilang 'jika butuh sesuatu carilah aku, apapun'. Molly.. Apakah kau tulus? Mencoba menikmati peran?

Aku melihatmu Molly... Apapun yang kamu maksudkan. Aku melihatmu, dan kamu terhitung. Sisi manusiawiku mengatakan ketulusan tentangmu.

Tulus itu jujur, dekat dengan naif dan dekat dengan rasa sakit. Hampir setiap orang mengalaminya. Itu umum. Itu yg membuatmu tidak menjadi pemeran utama. Tidak penting.
Dan pada akhirnya tidak terhitung. 

Itulah Molly, yang membuatku menulis sambil membuat cappucino yang terasa lebih manis malam ini.
Selamat malam Molly, terima kasih telah menjadi subjekku. Selamat bermalam di laboratorium.

No comments:

Post a Comment